Senin, 13 April 2009

"DIK"

Wajah Airin kembali cemberut, bibirnya monyong, Setelah sperti itu, Riza hanya tersenyum. Masalahnya hanya karena Riza selalu memanggilnya dengan panggilan “dik”, dan Airin sangat kesal mendengar panggilan ‘dik’ itu selalu menghampiri dirinya.
‘Aku kan punya nama, koq kamu terus panggil aku dik!, ‘
‘Memangnya aku masih adik-adik apa??’
‘Gini-gini juga aku sudah 17 tahun tau!!!’
Riza hanya bias tersenyum lalu mengacak-acak rambut Airin dengan gemas
“Aku ke kelas dulu ya dik!” katanya setengah tertawa.
‘Iiighhh… sebel!!!’

Belum lama Airin kenal dengan Riza kakak kelasnya. Awal pertemuannya di perpustakaan, Riza tanpa sengaja bertubrukan dengan Airin.
Riza minta maaf karena Airin terjatuh. Sejak saat itu keduanya berteman dan sering bersama.
“Aku nggak suka tau kamu panggil aku ‘dik’!
‘Kamu kan bias panggil aku “Rin”!, kayak teman-teman yang lainnya!”.
Seperti biasa Riza hanya tersenyum, memamerkan deretan giginya yang putih bersih dan kedua lesung pipinya yang amat disukai oleh setiap orang yang melihatnya,tak terkecuali Airin.
“Udah deh! Aku antar yuk!” kata Riza mengalihkan pembicaraan.
Dan sepertimana biasanya, Airin hanya bisa mengangguk pertanda setuju, karena Airin tahu Riza tak menghiraukan ocehannya.
Sesampainya di rumah, Airin turun dari motor Riza.
“Kamu nggak usah mampir, aku mau langsung istirahat, kalau mau maen besok-besok aja
Pr banyak!!!, “ kata Airin berlalu meninggalkan Riza sendiri
Namun belumjauh Airin berlalu Riza berteriak….
“Idih….., geer! “
“Siapa juga yang mau mampir, kita juga orang sibuk.”
“Bukan situ doang”.
Airin berbalik, ia terdiam dan merasa bersalah dengan ucapannya yang kurang sopan tadi sambil melihat Riza yang hendak starter motornya
“Dagh……. Sampai ketemu besok pagi ya ………. Dik!” pamit Riza melaju dengan motornya dan membuat hati Airin kembali kesal
“Dasar!!” gumamnya sendiri.





Pintu rumah dibukanya dengan kasar. Airin kesal dengan Riza. Airin buang muka ketika Andy kakaknya menanyakan mengapa wajahnya cemberut seperti itu, Andy hanya bisa menggelengkan kepala.
Beberapa hari terakhir ini, Airin sedikit berubah, Airin sering cemberut sendiri tanpa ada yang tahu masalahnya.
“Heran deh”, gumamnya.
“Adik kamu kenapa Dy??” Tanya mama
“Nggak tahu Ma, kesambet kali” kata Andy
“ Hus!, jangan ngomong gitu ga baek loh!!!
Habis… ditanya baik-baik di cuekin, siapa gak sebel sich Ma”, Ujar Andy lagi.
“Udah, udah….. sana gih Tanya Airin, mungkin aja dia ada masalah!”, Perintah mama
“Ogah ah! Mama aja, nanti Andy dicuekin lagi!
Mama hanya bisa geleng kepala melihat tingkah anaknya yang satu ini.

Airin menghindar ketika Riza menghampirinya. Sontak saja Riza heran plus kaget dibuatnya
“Masa sih, Cuma karena aku panggil kau dik, sikapmu jadi berubah kayak gini?” Tanya Riza
Namun Airin tidak berkata apa-apa. Ia berlalu dari depan Riza.
Riza memandangnya dengan perasaan heran sampai Airin sudah tak terlihat lagi.

“Rin! Tunggu rin!!” teriak Riza
Langkah Airin pun terhenti.
“Kuantar pulang ya!”
Airin menatapnya sejenak dan hendak berlalu namun lengannya ditarik Riza.
“Rin, kamu jangan diam terus donk!! Kamu tahu nggak dunia itu sepi kalau kamu cuekin aku!
Aku jadi gak punya temen yang imut kayak kamu” ujarnya tersenyum
“Udah cukup ngomongnya!! Tumben kamu panggil aku Rin, bukan dik” Tanya Airin sinis.
“Rin… aku… aku memanggil kamu dik, karena…. Aku…
“Karena kamu menganggap aku adik-adik, Iya kan??” potong Airin cepat dan langsung berlalu dari hadapan Riza.
“Rin !!” panggil Riza, namun Airin tidak menghiraukannya.

Siang itu……..
“Tumben kamu minta di jemput Rin?” Tanya Andy sambil menghidupkan mesin
“Nggak bisa? Pelit amat!!” cibir Airin
“Ye… bukannya gitu Rin….!
“Lagipula kakak kan nggak kuliah hari ini!”
“Tahu dari mana?” Tanya Andy setengah heran
“Tuh, buktinya kakak nongol!” jawab Airin sesuka hatinya
“Iya deh…. Apa sich yang enggak buat adik kakak!” kata Andy tersenyum lalu memutar setir mobilnya saat melewati belakang jalan.
Ditengah perjalanan Airin hanya diam. Diam seribu bahasa. Andy berusaha memecahkan suasana
“Rin! Kakak perhatiin, koq akhir-akhir ini kamu sering cemberut terus, apa kamu lagi ada masalah?” Tanya Andy
Airin tidak menjawab. Ia buang pandangannya kearah jalanan.
“Kalau kamu ada masalah, kamu boleh cerita koq sama kaka!”
“Udah ah! Jangan ngoceh melulu! Perhatiin tuh setiran aja
Ntar mobilnya ketubruk pohon baru tahu rasa!”
“Huu…” kata Andy yang kesal karena merasa dirinya dicuekin.
“Masuk!” ujar Andy ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Pintu terbuka. Airin brdiri disana.
“koq Cuma di pintu? Masuk aja!”
“kok tau? Kan kakak nggak liat! Atau kakak punya mata di punggung ya?” ujar Airin seraya menghampiri kakaknya yang sedang asyik denan bukunya di meja belajar yang membelakangi Airin. Kemudian Airin duduk di kasur.
“Ngawur kamu, oh ya, ada apa? Tumben kamu kekamar kakak?”
Airin terdiam, Ia memandangi lantai, melihat sikap adiknya, Andy bangkit dan duduk di kasur, tepat disebelah kanan Airin. “Kamu punya masalah?”
Airin tak segera menjawab. Dengan perlahan ia mengangguk
“Huh… kemarin nggak mau cerita!!!
Airin berkaca-kaca.
“kakak jahat banget sih! Tau ga Airin lagi sedih!” suara Airin serak, airmatanya mulai jatuh.
Andy tersenyum, lalu mengelus kepala Airin,seketika itu juga Airin menghambur kepelukan kakaknya. Ia habiskan tangisnya disana.
Airin hanya menggeleng ketika kakaknya menanyakan apa yang menjadi penyebab perubahan itu, Tetapi ketika Andy tahu kalau ternyata perubahan itu karena cinta, ia terdiam seolah sedang memikirkan sesuata, entah apa tak ada yang tahu.
“Dian anggap kau hanya sebagai adiknya, padahal aku kan… sayang…. Sama dia! Aku patah hati kak!”
“Kamu sabar ya Rin!”
“Tapi kak aku nggak mau kalau aku dianggap cuma sebagai adik doang!”
“Kakak tau perasaan kamu Rin!” kata Andy menghibur adiknya itu.
“Tau gimana, kakak kan cowok, seandainya kakak tahu pasti Riza juga tahu dong,
Kakak cowok sedangkan aku cewek, kakak ga akan pernah tau perasaan aku” tangisnya.

Andy tersenyum, dielusnya kepala adik perempuannya itu dengan penuh kasih sayang.
“aku benci sama panggilan itu…”
Andy terdiam. Airin memandang kakaknya itu… lalu
“Koq kakak nggak nanya, Riza memanggil aku gimana?” Tanyanya heran
“Oke deh adikku sayang! Riza memanggil kamu gimana?” sewotnya
“Mmmmmm…… dia panggil aku….. mmmm………. Dik”, padahalkan aku bukan adik-adik lagi, usiaku sudah 17 tahun, lagipula akukan punya nama” katanya membela diri
“Hahahah……” kakaknya tiba-tiba tertawa, Airin jadi keki dibuatnya
“Ih…. Malah ketawa, nggak tau apa kalau Airin lagi sedih”
“Hahaha.. kamu lucu Rin, lucu. Hahahah……..” kakaknya terus terkekeh tak karuan
“Ih. Ketawa aja terus sampai pingsan sekalian” gerutunya mendongkol
“ih kejam amat, oke-oke tapi sumpah kamu lucuuu”
“Lucu gimana?” kata Airin membelalakkan matanya
“Rin…… rin……. Ngakunya udah gede, udah dewasa, hal sepele gitu aja nggak tau, hahaha…..”
Airin tambah keki oleh ulah kakak laki-lakinya ini
“Ah nggak lucu tau” mukanya cemberut
“Rin…. Rin…… cantik-cantik koq kudet, Kurang Up date!
Kamu tau nggak apa makna dik” itu???
Airin menggeleng
“Dik itu panggilan sayang seorang cowok buat cewek yang sangat dicintainya!”
“Ah……. Nggak mungkin, kakak tau darimana?”
“Judul lagu Wali kan Dik”. Kamu ga pernah dengar ya?
Mereka bilang gitu ya…..
Mungkin aja Riza dengar dan dia panggil kamu dik karena dia sangat mencintai kamu” kata Andy tersenyum.
Airin terperangah dengan penjelasan kakaknya itu
“Jadi?”
Sejenak kemudian dipeluknya kakaknya yang tengah tertawa kegelian melihat sikap Airin.

Esoknya…….
“Hai Riza………” Airin mengampiri Riza
Riza heran antara percaya atau tidak dengan apa yang sedang dilihatnya itu
“Kamu ga marah lagi Rin?” tanyanya heran
Airin menggeleng lalu tersenyum
“Kalau aku panggil Dik?” tanyanya lagi
Airin kembali menggeleng. Ia bahagia dipanggil Dik oleh Riza, cowok yang dicintainya itu, terlebih ketika Riza menggemgam jemarinya tanpa meberikan penjelasan kepada Riza yang juga ikutan bahagia tapi sejuta heran menghampirinya
Riza berjanji dalam hatinya tidak akan menanyakan apa yang terjadi pada Airin, Ia senagn Airin kembali seperti yang dia harapkan

Tidak ada komentar: